Rabu, 21 Januari 2009

Sabda Rosul

Sholat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah Sholat Isyak dan Subuh (HR. Ahmad)

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 11 Januari 2009

Mempermudah Customer dalam Transaksi Bisnis

Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT akan memberikan rahmat kepada seseorang yang mempermudah ketika menjual, mempermudah ketika membeli dan mempermudah ketika menagih hutang.

بسم الله الرحمن الرحيم
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى (رواه البخاري)

Dari jabir Bin Abdillah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT akan memberikan rahmat kepada seseorang yang mempermudah ketika menjual, mempermudah ketika membeli dan mempermudah ketika menagih hutang.
Takhrij Hadits
Hadits ini merupakan hadits shahih, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahinya, Kitab Al-Buyu’, Bab As-Suhulah Was Samahah Fisy Syiraa’ Wal Bai’ Wa Man Thalaba Haqqan Falyatlubhu Fi Afaf. hadits no 2076, melalui jalur sanad Imam Al-Bukhari dari Abu Ghassan (Muhammad bin Mutharrif), dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir bin Abdillah.
Selain Imam Bukhari, hadits ini diriwayatkan juga oleh :

Imam Turmudzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Buyu’ An Rasulillah SAW, Bab Ma Ja’a Fi Istiqraadh Al-ba’iir Awis Syai’ Minal Hayawan Awis Sin, hadits no. 1320, dengan lafaz yang hampir sama. Hanya lafaz pada Imam Turmudzi menggunakan “ghafarallah lirajulin” (Allah mengampuni seseorang), di posisi “rahimallahu rajulan” (Allah memberikan rahmat kepada seseorang).

Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab Al-Tijaraat, Bab As-Samahah Fil Bai’, hadits no. 2203, dengan matan yang hampir serupa dengan matan hadits Bukhari. Hanya matan dalam Ibnu Majah menggunakan “rahimallahu abdan samhan” (Allah memberikan rahmat kepada seorang hamba yang mempermudah), di posisi “rahimallahu rajulan” (Allah memberikan rahmat kepada seseorang).

Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam baqi musnad al-muktsirin, pada musnad Jabir bin Abdillah, hadits no 14248. Dalam riwayat Ahmad, digunakan lafadz, “ghafarallahu lirajulin kana min qablikum” (Allah SWT mengampuni dosa seorang laki-laki pada masa sebelum kalian), di posisi “rahimallahu rajulan” (Allah memberikan rahmat kepada seseorang).

Makna Hadits Secara Umum
Hadits yang sangat sederhana ini menggambarkan tentang penggabungan dua hakekat besar, hakekat kebaikan dunia dan hakekat akhirat dalam satu hal; yaitu dalam mempermudah ketika bertransaksi bisnis dengan pihak lain. Karena memudahkan orang lain (baca ; customer) dalam bertransaksi bisnis di satu sisi merupakan aspek duniawi yang tentunya akan mendatangkan maslahat duniawi berupa bertambah senang dan bertambah banyaknya konsumen, perputaran bisnis yang cepat, dan sebagainya.

Namun di sisi lain, hal ini juga merupakan “ibadah” dan sunnah dalam muamalah, yang oleh karenanya akan mendapatkan rahmat Allah dan juga bahkan (dalam riwayat lain) mendapatkan ampunan Allah SWT. Ketiga hal tersebut adalah; memudahkan orang lain ketika membeli, ketika menjual dan ketika menagih pembayaran (baca ; menagih hutang).

Keutamaan Bisnis Dalam Islam
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bisnis merupakan amaliyah yang memiliki banyak keutamaan. Begitu besar keutamaan bisnis ini, hingga Allah SWT ketika menggambarkan tentang keutamaan kehidupan akhirat, Allah SWT menggambarkannya dengan bisnis (QS. As-Shaf/ 61 : 10 – 13) :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ* تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ* يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ* وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ*

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Selain keutamaan binsis sebagaimana dalam gambaran di atas, bisnis juga memiliki keutamaan lain, diantaranya adalah :

(1) Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia. Dalam hadits diriwayatkan :

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ بَيْعٌ مَبْرُورٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ (رواه أحمد)

Dari Hani’ bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, ‘Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua tangannya.” (HR. Ahmad)

(2) Mendatangkan keberkahan. Artinya cara mencari rizki dengan berbisnis merupakan cara yang mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda;
عَنْ حَكِيمٍ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا (رواه البخاري ومسلم)

Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda; “Penjual dan pembeli keduanya bebas memilih selagi keduanya belum berpisah. Maka jika keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada bisnis keduanya. Namun jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah keberkahan jual beli tersebut. (HR. Bukhari – Muslim)

3. Pelaku bisnis yang jujur dan amanah akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. Sedang mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ اْلأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)

Dari Abu Sa’id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)

(4) Dalam beberapa kitab sirah nabawiyah bahkan digambarkan bahwa masyarakat Mekah tidak dianggap sebagai orang yang terhormat dan memiliki “mahabah’ (baca ; kewibawaan), kecuali jika ia merupakan seorang pebisnis.

(5) Banyak ulama yang mengatakan, bahwa orang yang berbisnis lebih dapat mengatur waktu dan kehidupannya secara baik. Seperti lebih dapat meluangkan waktu untuk berda’wah, mengarahkan umat dsb. Oleh karenanya tidak heran jika ulama-ulama besar umat ini, mereka juga adalah pengusaha besar. Sebut saja nama Imam Malik, Imam Al-Khattabi dsb.

Pentingnya Memudahkan Customer Dalam Bisnis
Sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, bahwa Allah SWT akan memberikan rahmat (dalam riwayat lain bahkan memberikan ampunan) kepada seseorang dalam bertransaksi dengan orang lain, ketika melakukan tiga hal: ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih pembayaran (baca ; hutang).

Jika dicermati, ketiga hal sederhana ini merupakan kunci sukses dalam berbisnis. Pebisnis manapun akan melihat, bahwa membeli (ketika membeli barang untuk kemudian dijual kembali), menjual barang/ produknya dan juga ketika menagih pembayaran dalam transakis jual beli, merupakan inti dari sebuah usaha atau bisnis. Dan ketika ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, tentunya juga akan memperlancar usaha bisnisnya. Sebaliknya jika ketiga proses tersebut terhambat, maka sedikit banyak juga akan menghambat proses bisnisnya. Oleh karenanya, Rasulullah SAW menggambarkan bahwa Allah akan memberikan rahmat kepada orang yang memudahkan orang lain dalam ketiga proses bisnis tersebut.
Memudahkan orang lain dalam ketiga proses bisnis di atas, sekaligus juga memberikan makna mempermudah orang lain, dalam proses mencari riziki orang tersebut. Dan hal ini, sangat sejalan dengan hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membebeaskan seorang mu’min dari himpitan kehidupan di dunia, maka Allah akan membebaskannya kelak dari himpitan di hari akhir. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pun akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba, selagi hamba tersebut selalu menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Kata “samhan” dalam hadits di atas, diterjemahkan dengan “bisuhulah” (dengan memudahkan) oleh Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Barinya. Kata samhan sendiri secara bahasa memiliki arti longgar, toleransi, membuat orang lain senang, dan juga memperbolehkan. Sehingga seorang pebisnis yang baik, ia akan memudahkan, toleransi dan menyenangkan orang lain ketika bertransaksi dengannya. Sehingga siapapun “betah” dan puas ketika bermuamalah dengannya. Baik ketika jual beli, maupun ketika menagih pembayaran (hutang). Untuk yang terakhir ini, terdapat pelajaran khusus, sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an :

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. 2 : 280)

Artinya tetap memberikan kelapangan pada pihak yang berhutang, khususnya jika sedang dalam kondisi kesulitan. Pada hadits sebelumnya disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim). Namun tidak dibenarkan juga, karena alasan ini, akhirnya membuat orang menunda-nunda pembayaran hutangnya. Karena dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda, “Orang mampu yang menunda-nunda pembayaran hutang adalah dzalim”. (Muttafaqun Alaih).

Diantara Bentuk Memudahkan Customer
Membaca hadits-hadits Rasulullah SAW, akan kita jumpai beberapa ajaran sunnah yang terkait dengan memudahkan customer atau mitra binsis dalam berbisnis. Diantaranya adalah :

(1) Mendahulukan dalam pengucapan salam. Salam merupakan doa dari seorang muslim kepada yang lainnya. Salam merupakan sapaan, seseorang terhadap orang lain. Dan setiap orang tentunya suka dan senang jika di sapa terlebih dahulu, apalagi jika sapaan tersebut juga merupakan doa. Salam juga merupakan ‘rahasia’ dalam mempererat hubungan antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya, salam juga merupakan rahasia, untuk menumbuhkan ‘ikatan hati’ seorang pebisnis terhadap customernya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra berkata, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak (dikatakan) beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku beritahu pada kalian pada satu hal, yang jika kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? (Yaitu) sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Akan lebih baik lagi tentunya, jika seroang pebisnis memulai salam terlebih dahulu kepada mitra atau customernya, baik malalui telpon, sms, email, surat menyurat, maupun dalam kontak langsung. Memulai mengucapkan salam, merupakan bentuk pemberian perhatian kepada customer. Karena begitu pentingnya salam ini, dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan menganjurkan agar kita mengucapkan salam, baik kepada orang yang kita kenal, ataupun bahkan terhadap yang belum kita kenal:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin Amru ra, bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, amalan Islam apakah yang paling baik? Rasulullah SAW bersabda, “Memberikan makan (pada orang miskin) dan mengucapkan salam baik terhadap orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. (HR. Bukhari).

(2) Memberikan senyuman. Selain menganjurkan mengucapkan salam, kita juga dianjurkan untuk memberikan “senyuman” atau menampakkan wajah yang ceria dan bahagia, khususnya ketika bertemu dengan mitra bisnis (walaupun makna utama dari hadits ini adalah memberikan senyuman secara umum kepada saudara muslim). Dalam sebuah hadits digambarkan :

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ (رواه الترمذي)

Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Senyumanmu terhadap saudaramu adalah shadaqah bagimu, amar ma’ruf dan nahi mungkarmu adalah shadaqah, menunjukkan jalan pada orang yang tersesat adalah shadaqah, membantu penglihatan pada orang yang pandangannya lemah adalah shadaqah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalanan adalah shadaqah, menuangkan air dari timba ke timba saudara kita adalah shadaqah.” (HR. Turmudzi)

Memberikan wajah yang ceria kepada mitra bisnis maupun kepada customer merupakan teknik jitu merenggut “hati” mereka. Wajah ceria maupun senyuman ini, bisa berarti makna hakiki namun bisa juga berarti makna majazi (kiasan). Karena senyuman atau wajah ceria dalam skala yang lebih besar dapat berupa tampilan tempat usaha atau toko yang “nyaman” dan menyenangkan bagi pelanggan. Di samping juga tentunya para petugas, pelayan ataupun pegawai yang senantiasa memberikan senyuman secara makna yang hakikinya.

(3) Memperhatikan keperluan-keperluannya. Memperhatikan keperluan saudara kita merupakan sunnah yang sangat dianjurkan Rasulullah SAW kepada kita. Karena hal ini akan sangat memberikan pengaruh khususnya pada ‘ta’liful qulub’ antar sesama muslim, tidak terkecuali juga terhadap mitra bisnis maupun customer. Karena Islam memandang bahwa memperhatikan kebutuhan orang lain di satu sisi memang terlihat seolah hanya untuk kepentingan custmomer. Namun di lain fihak sesungguhnya hal ini akan berdampak pada kemudahan yang Allah berikan terhadap kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَمَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ...”Dan barang siapa yang (memperhatikan) keperluan saudaranyal, maka Allah SWT pun akan (memperhatikan) keperluan-keperluannya. (HR. Bukhari)

(4) Memulai sejak pagi sekali. Memulai bisnis sejak pagi hari, merupakan salah satu bentuk sunnah Rasulullah SAW dalam berbisnis. Karena memulai bisnis di pagi-pagi sekali menunjukkan kesungguhan seseorang dalam berusaha. Dan bukankah sebagai seoarng muslim, waktu minimal untuk memulai aktivitas adalah ketika waktu azan subuh;

لاَ تَنَامُوْا عَنْ طَلَبِ أَرْزَاقِكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ (رواه الديلمي في الفردوس)

Dari Anas bin Malik ra (beliau mamarfu’kannya dari Rasulullah SAW) bersabda, ‘Janganlah kalian tidur (kembali) untuk mencari rizki kalian, yaitu antara waktu shalat subuh hingga terbitnya matahari. (HR. Dailami dalam Musnad Firdaus)
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلاً تَاجِرًا وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهُوَ صَخْرُ بْنُ وَدَاعَةَ (رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجه)

Dari Shakhr Al-Amidi ra dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau bersabda, ‘Ya Allah berikanlah keberkahan pada umatku pada (atas usaha yang dilakukan) pada pagi hari. Dan bahwasanya Shakr adalah seorang pengusaha, dan ia apabila mengirimkan dagangannya beliau lakukan pada pada waktu pagi hari. Maka ia menjadi kaya dan banyak hartanya.” Abu Daud mengatakan, bahwa ia (Shakr) adalah Shakr bin Wada’ah. (HR. Turmudzi, Abu Daud & Ibnu Majah)

Kesimpulannya adalah, bahwa secara umum mencari rizki dari mulai ba’da subuh atau pagi-pagi sekali, akan membawa keberkahan, di samping juga memiliki nilai pahala yang lebih mulia di bandingkan dengan yang memulai bisnisnya di siang hari.

5. Menjaga silaturahim. Hal lain yang perlu dilakukan seseorang adalah menyambung silaturahim. Karena silaturahim (tidak terkecuali terhadap customer) akan melanggengkan bisnis, dan bahkan meningkatkan keuntungan, baik duniawi maupun ukhrawi. Hal ini dikatakan langsung oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري)

Dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berkeinginan agar rizkinya dilapangkan dan nama baiknya di kekalkan, maka hendaknya ia menyambung tali persaudaraannya.” (HR. Bukhari)

Dalam dunia bisnis silaturahim sangat perlu untuk menjaga kelanggengan hubungan bisnis dengan mitra maupun dengan customer. Karena dengan silaturahim, jalinan persaudaraan akan lebih erat yang oleh karenanya keeratan hubungan lain pun dapat terbina, seperti dalam hubungan bisnis. Karena silaturahim menimbulkan dampak psikologis tersendiri yaitu kedekatan emosional yang lebih terbina dengan baik. Dan di dalam bisnis terkadang seseorang menjalin hubungan bisnis tidak hanya karena harga yang murah atau pelayanan yang baik, namun terkadang hubungan emosional terkadang bisa lebih dominan. Dan alangkah baiknya, ketika pelayanan yang baik, harga yang murah juga dibingkai dengan bingkaian silaturahim. Tentunya hal ini akan menjadi lebih baik lagi. Seandainya pun silaturahim secara fisik agak sulit dilakukan, silaturahim dengan media lainpun juga bisa dilakukan, seperti dengan media telpon, sms, surat, email dsb. Pada intinya, jangan sampai hubungan terabaikan dan terputus begitu saja.

(6) Itqan, Secara bahasa, itqan berarti mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Namun dalam beberapa hal, itqan juga sering diterjemahkan dengan profesional, melampaui target, tuntas dsb. Dasar dari itqan ini adalah sebuah riwayat dari Imam Thabrani :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبراني)

Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia mengerjakan sesuatu, ia mengerjakannya dengan itqan.” (HR. Thabrani).

Itqan jika dikaitkan dengan dunia produksi adalah bagaimana memproduksi suatu barang dengan “sempurna”, mulai dari bentuknya, komposisinya, kualitasnya, hingga kepada pengemasannya. Semua dilakukan dengan baik dan sempurna. Sedangkan dalam marketing, itqon bisa diterjemahkan dengan penjualan prodok minimal mencapai targetnya, atau bahkan melampaui targetnya. Itqan dalam bekerja adalah bagaimana pekerjaan yang dilakukan seseorang tuntas, selesai, rapi, dan tidak menimbulkan permasalahan lainnya. Demikian seterusnya. Dan dalam berbisnis secara umum, itqan dapat diterjemahkan dengan usaha yang maksimal, baik dalam memproduksi, menjual, mengemas, membina hubungan baik dengan mitra bisnis maupun dengan customer, termasuk itqan dalam memahami aspek-aspek syariah ketika berbisnis.

Wallahu A’lam Bis Shawab.

Rikza Maulan, Lc., M. Ag
http://www.eramuslim.com/

[+/-] Selengkapnya...

Matematika Sedekah dari Ustadz Yusuf Mansur

"Shodaqoh" atau "Sedekah",Meskipun kita sudah tahu mengenai Keagungan Al-Qur'an, yang memberikan gambaran kepada kita, bahwa dengan sedekah ini, kita bisa memperoleh ampunan Allah, menghapus dosa, dan menutup kesalahan serta keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, juga bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Tetapi, dengan penjelasan tentang sedekah ini, oleh Ustad Yusuf Mansur; benar-benar semakin membuka "mata-hati" saya, bahwa selama ini ternyata saya telah rugi besar, berkaitan dengan sedekah ini.
Ustad Yusuf Mansur memberikan ilustrasi yang sangat mudah dan "gamblang", bagaimana sebenarnya dan sebaiknya sistem sedekah ini bekerja. Ini sungguh luar biasa prima. Dengan tetap bergaya "anak muda", maka ustad ini menunjukkan sekaligus mengingatkan ke setiap orang yang hadir, bahwa Allah sendiri telah menjanjikan, jika manusia mau bersedekah, maka Allah pasti akan menggantinya dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) kali lipat. Dan, ini ada dasar hukumnya, yaitu tertulis di dalam Al-Qur'an Surat: 6, Ayat: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur'an Surat: 2, Ayat: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.

Menurut ustad muda ini, dengan berpedoman pada Al-Qur'an tersebut, maka kita bisa membuat "hitung-hitungan" matematika, yang disebutnya sebagai MATEMATIKA DASAR SEDEKAH. Nah, inilah yang luar biasa prima itu. Matematika sedekah ini, sungguh sangat berbeda dengan ilmu matematika yang dulu pernah kita pelajari di sekolah...benar-benar berbeda.


Dia memberikan ilustrasinya sebagai berikut:
10 - 1 = 9 ... ini ilmu matematika yang biasa kita terima di sekolah dulu.
Tetapi ilmu Matematika Sedekah adalah sebagai berikut:


10 - 1 = 19 ... ini menggunakan dasar, bahwa Allah membalas 10 x lipat pemberian kita.
Sehingga kalau dilanjutkan, maka akan ketemu ilustrasi seperti berikut ini:

10 - 2 = 28
10 - 3 = 37
10 - 4 = 46
10 - 5 = 55
10 - 6 = 64
10 - 7 = 73
10 - 8 = 82
10 - 9 = 91
10 - 10 = 100

Nah, sungguh menarik bukan? Lihatlah hasil akhirnya. Kita tinggal mengalikan dengan angka 10, berapa pun yang kita sedekah kan atau kita berikan dengan ikhlas kepada orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Dan, kita pakai acuan balasan dari Allah yang minimal saja, yaitu 10 x lipat, bukan yang 700 x lipat. Intinya: Semakin banyak bersedekah, maka pasti semakin banyak penggantiannya dari Allah SWT.
Tinggal kita yang mau membuka mata, bahwa pengembalian dari Allah itu bentuknya apa? Bukalah "mata hati" kita, selalu lah berpikir positif kepada Allah. Bukankah Allah berfirman, "Aku adalah sebagaimana yang diprasangkakan hamba-Ku kepada-Ku". Oleh karena itu, selalu lah berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan serta merta menunjukkan KeMaha Kebaikan-Nya kepada kita. Allah pasti membalas kebaikan kita dengan balasan yang PAS, yang setimpal dengan amal perbuatan kita.

[+/-] Selengkapnya...

SENANGKAN ORANG TUAMU SEMASA HIDUP

BISMILAAHIR RAHMAANIR RAHIIM

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, makasekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia"
[Al Israa' , ayat 23]

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
[Al Israa' , ayat 24 ]

Usia ayah telah mencapai 70 tahun, namun tubuhnya masih kuat. Dia mampu mengendarai sepeda ke pasar yang jauhnya lebih kurang 2 kilometer untuk belanja keperluan sehari-hari. Sejak meninggalnya ibu pada 6 tahun lalu, ayah sendirian di kampung. Oleh karena itu kami kakak-beradik 5 orang bergiliran menjenguknya.

Kami semua sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari kampung halaman di Teluk Intan. Sebagai anak sulung, saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Setiap kali saya menjenguknya, setiap kali itulah istri saya mengajaknya tinggal bersama kami di Kuala Lumpur.

"Nggak usah. lain kali saja.!"jawab ayah. Jawaban itu yang selalu diberikan kepada kami saat mengajaknya pindah. Kadang-kadang ayah mengalah dan mau menginap bersama kami, namun 2 hari kemudian dia minta diantar balik. Ada-ada saja alasannya.

Suatu hari Januari lalu, ayah mau ikut saya ke Kuala Lumpur. Kebetulan sekolah masih libur, maka anak-anak saya sering bermain dan bersenda-gurau dengan kakek mereka. Memasuki hari ketiga, ia mulai minta pulang. Seperti biasa, ada-ada saja alasan yang diberikannya. "Saya sibuk, ayah. tak boleh ambil cuti. Tunggulah sebentar lagi. akhir minggu ini saya akan antar ayah," balas saya. Anak-anak saya ikut membujuk kakek mereka. "Biarlah ayah pulang sendiri jika kamu sibuk. Tolong belikan tiket bus saja yah." katanya yang membuat saya bertambah kesal. Memang ayah pernah berkali-kali pulang naik bus sendirian.

"Nggak usah saja yah." bujuk saya saat makan malam. Ayah diam dan lalu masuk ke kamar bersama cucu-cucunya. Esok paginya saat saya hendak berangkat ke kantor, ayah sekali lagi minta saya untuk membelikannya tiket bus. "Ayah ini benar-benar nggak mau mengerti yah. saya sedang sibuk, sibuuukkkk!!!" balas saya terus keluar menghidupkan mobil.

Saya tinggalkan ayah terdiam di muka pintu. Sedih hati saya melihat mukanya. Di dalam mobil, istri saya lalu berkata, "Mengapa bersikap kasar kepada ayah? Bicaralah baik-baik! Kasihan khan dia.!" Saya terus membisu.

Sebelum istri saya turun setibanya di kantor, dia berpesan agar saya penuhi permintaan ayah. "Jangan lupa, Pa.. belikan tiket buat ayah," katanya singkat. Di kantor saya termenung cukup lama. Lalu saya meminta ijin untuk keluar kantor membeli tiket bus buat ayah.

Pk. 11.00 pagi saya tiba di rumah dan minta ayah untuk bersiap. "Bus berangkat pk. 14.00," kata saya singkat. Saya memang saat itu bersikap agak kasar karena didorong rasa marah akibat sikap keras kepala ayah. Ayah tanpa banyak bicara lalu segera berbenah. Dia masukkan baju-bajunya kedalam tas dan kami berangkat. Selama dalam perjalanan, kami tak berbicara sepatah kata pun.

Saat itu ayah tahu bahwa saya sedang marah. Ia pun enggan menyapa saya.! Setibanya di stasiun, saya lalu mengantarnya ke bus. Setelah itu saya Pamit dan terus turun dari bus. Ayah tidak mau melihat saya, matanya memandang keluar jendela. Setelah bus berangkat, saya lalu kembali ke mobil. Saat melewati halaman stasiun, saya melihat tumpukan kue pisang di atas meja dagangan dekat stasiun. Langkah saya lalu terhenti dan teringat ayah yang sangat menyukai kue itu. Setiap kali ia pulang ke kampung, ia selalu minta dibelikan kue itu. Tapi hari itu ayah tidak minta apa pun.

Saya lalu segera pulang. Tiba di rumah, perasaan menjadi tak menentu. Ingat pekerjaan di kantor, ingat ayah yang sedang dalam perjalanan, ingat Istri yang berada di kantornya. Malam itu sekali lagi saya mempertahankan ego saya saat istri meminta saya menelpon ayah di kampung seperti yang biasa saya lakukan setiap kali ayah pulang dengan bus. Malam berikutnya, istri bertanya lagi apakah ayah sudah saya hubungi. "Nggak mungkin belum tiba," jawab saya sambil meninggikan suara.

Dini hari itu, saya menerima telepon dari rumah sakit Teluk Intan. "Ayah sudah tiada." kata sepupu saya disana. "Beliau meninggal 5 menit yang lalu setelah mengalami sesak nafas saat Maghrib tadi." Ia lalu meminta saya agar segera pulang. Saya lalu jatuh terduduk di lantai dengan gagang telepon masih di tangan. Istri lalu segera datang dan bertanya, "Ada apa, bang?" Saya hanya menggeleng-geleng dan setelah agak lama baru bisa berkata, "Ayah sudah tiada!!"

Setibanya di kampung, saya tak henti-hentinya menangis. Barulah saat Itu saya sadar betapa berharganya seorang ayah dalam hidup ini. Kue pisang, kata-kata saya kepada ayah, sikapnya sewaktu di rumah, kata-kata istri mengenai ayah silih berganti menyerbu pikiran.

Hanya Tuhan yang tahu betapa luluhnya hati saya jika teringat hal itu. Saya sangat merasa kehilangan ayah yang pernah menjadi tempat saya mencurahkan perasaan, seorang teman yang sangat pengertian dan ayah yang sangat mengerti akan anak-anaknya. Mengapa saya tidak dapat merasakan perasaan seorang tua yang merindukan belaian kasih sayang anak-anaknya sebelum meninggalkannya buat selama-lamanya.

Sekarang 5 tahun telah berlalu. Setiap kali pulang ke kampung, hati saya bagai terobek-robek saat memandang nisan di atas pusara ayah. Saya tidak dapat menahan air mata jika teringat semua peristiwa pada saat-saat akhir saya bersamanya. Saya merasa sangat bersalah dan tidak dapat memaafkan diri ini.

Benar kata orang, kalau hendak berbakti sebaiknya sewaktu ayah dan ibu masih hidup. Jika sudah tiada, menangis airmata darah sekalipun tidak berarti lagi.

Kepada pembaca yang masih memiliki orangtua, jagalah perasaan mereka.
Kasihilah mereka sebagaimana mereka merawat kita sewaktu kecil dulu.

-------
Ndhie
ndhi.salim (at) gmail.com

[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 10 Januari 2009

Lebih Hebat dari Berzina


BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya,
dan enggan (menolong dengan) barang berguna."
[
Al Maa´uun , ayat 1 sampai dengan 7]


Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya.

Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi musaberapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH > Abdurrahman Arroisy) Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.

Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

NB. Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.

Sumber : Web Islam

[+/-] Selengkapnya...

AIRMATA RASULULLAH SAW...

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
"
[Ali 'Imran , ayat 144 ]


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.

Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai ding! in, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB:

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.


Red: sumber dari Web Islam


[+/-] Selengkapnya...

Siapa yang Tahu Maksud Allah

Rasulullah pada suatu waktu pernah berkisah. Pada zaman sebelum kalian, pernah ada seorang raja yang amat dzalim. Hampir setiap orang pernah merasakan kezalimannya itu. Pada suatu ketika, raja zalim ini tertimpa penyakit yang sangat berat. Maka seluruh tabib yang ada pada kerajaan itu dikumpulkan. Dibawah ancaman pedang, mereka disuruh untuk menyembuhkannya. Namun sayangnya tidak ada satu tabib pun yang mampu menyembuhkannya.

Hingga akhirnya ada seorang Rahib yang mengatakan bahwa penyakit sang raja itu hanya dapat disembuhkan dengan memakan sejenis ikan tertentu, yang sayangnya saat ini bukanlah musimnya ikan itu muncul ke permukaan. Betapa gembiranya raja mendengar kabar ini. Meskipun raja menyadari bahwa saat ini bukanlah musim ikan itu muncul kepermukaan namun disuruhnya juga semua orang untuk mencari ikan itu. Aneh bin ajaib walaupun belum musimnya, ternyata ikan itu sangatlah mudah ditemukan. Sehingga akhirnya sembuhlah raja itu dari penyakitnya.

Di lain waktu dan tempat, ada seorang raja yang amat terkenal kebijakannya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Pada suatu ketika, raja yang bijaksana itu jatuh sakit. Dan ternyata kesimpulan para tabib sama, yaitu obatnya adalah sejenis ikan tertentu yang saat ini sangat banyak terdapat di permukaan laut. Karena itu mereka sangat optimis rajanya akan segera pulih kembali.

Tapi apa yang terjadi? Ikan yang seharusnya banyak dijumpai di permukaan laut itu, tidak ada satu pun yang nampak..! Walaupun pihak kerajaan telah mengirimkan para ahli selamnya, tetap saja ikan itu tidak berhasil diketemukan. Sehingga akhirnya raja yang bijaksana itu pun meninggal...

Dikisahkan para malaikat pun kebingungan dengan kejadian itu. Akhirnya mereka menghadap Tuhan dan bertanya, "Ya Tuhan kami, apa sebabnya Engkau menggiring ikan-ikan itu ke permukaan sehingga raja yang zalim itu selamat; sementara pada waktu raja yang bijaksana itu sakit, Engkau menyembunyikan ikan-ikan itu ke dasar laut sehingga akhirnya raja yang baik itu meninggal?"

Tuhan pun berfirman, "Wahai para malaikat-Ku, sesungguhnya raja yang zalim itu pernah berbuat suatu kebaikan. Karena itu Aku balas kebaikannya itu didunia, sehingga pada waktu dia datang menghadap-Ku, tidak ada lagi kebaikan sedikitpun yang dibawanya. Dan Aku akan tempatkan ia pada neraka yang paling bawah !

Sementara raja yang baik itu pernah berbuat salah kepada-Ku, karena itu Aku hukum dia didunia dengan menyembunyikan ikan-ikan itu, sehingga nanti dia akan datang menghadap-Ku dengan seluruh kebaikannya tanpa ada sedikit pun dosa padanya, karena hukuman atas dosanya telah Kutunaikan seluruhnya di dunia!"

Kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari kisah bersayap ini.

Pelajaran pertama adalah: Ada kesalahan yang hukumannya langsung ditunaikan Allah di dunia ini juga; sehingga dengan demikian di akhirat nanti dosa itu tidak diperhitungkan-Nya lagi. Keyakinan hal ini dapat menguatkan iman kita bila sedang tertimpa musibah.

Pelajaran kedua adalah: Bila kita tidak pernah tertimpa musibah, jangan terlena. Jangan-jangan Allah 'menghabiskan' tabungan kebaikan kita. Keyakinan akan hal ini dapat menjaga kita untuk tidak terbuai dengan lezatnya kenikmatan duniawi sehingga melupakan urusan ukhrowi.

Pelajaran ketiga adalah: Musibah yang menimpa seseorang belum tentu karena orang itu telah berbuat kekeliruan. Keyakinan ini akan dapat mencegah kita untuk tidak berprasangka buruk menyalahkannya, justru yang timbul adalah keinginan untuk membantu meringankan penderitaannya.

Sumber : www.hudzaifah.org



[+/-] Selengkapnya...

Meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya,
"Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapin yaitu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW,  tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya  kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?".

Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja".
"Apakah Itu?", tanya Abubakar RA. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di
sana ", kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu?".
Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)." "Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis buta itu.

"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku,tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut,setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... "

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW?
Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq. Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya.

Sebarkanlah riwayat ini ke sebanyak orang apabila kamu mencintai Rasulullahmu...

Sadaqah Jariah salah satu dari nya mudah  dilakukan, pahalanya? MasyaAllah....macam meter taxi...jalan  terus.

Sadaqah Jariah - Kebajikan yang tak berakhir.

1. Berikan al-Quran  pada seseorang, dan setiap dibaca, Anda mendapatkan hasanah.

2. Sumbangkan kursi roda ke RS dan setiap orang sakit menggunakannya, Anda dapat hasanah.

4. Bantu  pendidikan seorang anak.

5. Ajarkan seseorang sebuah do'a. Pada setiap  bacaan do'a itu, Anda dapat hasanah.

6. Bagi CD Quran atau  Do'a.

7. Terlibat dalam pembangunan sebuah mesjid.

8. Tempatkan pendingin air di tempat umum.

9. Tanam sebuah pohon. Setiap seseorang atau binatang berlindung dibawahnya, Anda dapat hasanah.

10 Baca dan copylah cerita ini danberitahukan kepada orang lain. Jika seseorang menjalankan salah satu dari hal diatas, Anda dapat hasanah sampai hari  Qiamat.

Aminnnnnn...

Sumber : millist & friend

[+/-] Selengkapnya...

Do'aku Smoga Kalian Selamat...

Pada tahun 1997 an saya bekerja pada Perusahan Jepang di wilayah Cilegon. Suatu malam kira-kira jam 9 an sehabis makan malam, saya bersama seorang rekan kerja pulang naik angkot ke arah Merak untuk kembali ke Mes Perusahaan tempat kami tinggal. Di depan persimpangan
Polres Cilegon, angkot yang kami tumpangi di stop oleh seorang Bapak yang sedang menggendong anak umur 2 tahunan sambil menuntun 2 orang anak lainnya kira-kira usia 5 dan 7 tahun semuanya anak perempuan. Penampilan semuanya sangat lusuh, anak terkecil tidak pakai sandal sedang yang lainnya pakai sandal jepit yang sudah kotor.

Ketika angkot berhenti Bapak tsb tidak langsung naik tetapi melongok ke sopir sambil memperlihatkan berapa jumlah uang yang dia miliki, saya yang duduk dibelakang sopir melihat kejadian itu walaupun tidak tahu pasti berapa banyak uang recehan 100 rupiaan yang dia tunjukkan ke sopir, perkiraan saya sekitar Rp 600, padahal normalnya satu orang harus bayar minimal Rp 1000. Bapak tsb minta izin ke sopir untuk naik angkot walaupun dengan ongkos seadanya. Melihat uang kurang, sopir tidak memperkenankan Bapak itu naik dan hendak maju lagi, saya terperanjat dan berteriak Stop-stop... langsung bilang sama sopir, tolong Bapak dan anaknya dibawa, biar saya yang bayar ongkosnya.

Sambil masuk mobil, Bapak tadi mengucapkan terimakasih, lalu duduk di dekat pintu sambil menggendong 2 anak karena yang satunya saya gendong, selanjutnya dia hanya tertunduk mungkin malu sama penumpang lain yang kebetulan memang angkot sudah terisi penuh. Menyaksikan semua itu saya bergetar, dan naluri saya berkata orang ini pasti sedang membutuhkan pertolongan. Dalam perjalanan saya coba tanya dengan nada simpati, malam-malam begini Bapak mau pergi kemana? Dia jawab: saya mau pergi ke Pasar merak. Kok malam-malam, emang Bapak mau belanja apa? Jawabnya : Bukan, saya mau cari truk sayur, rencananya saya ingin menumpang truk untuk pulang kampung ke Sukabumi.

Mendengar jawaban itu saya tersedak, hati bergetar, air mata saya bercucuran, bukan hanya karena saya keturunan dari Sukabumi tapi bagaimana membayangkan kalau itu anak balita saya yang harus naik truk dari Merak ke Sukabumi, malam-malam lagi. Selanjutnya saya bertaruh pasti keluarga ini belum makan... dan ternyata betul.... Ya Alloh, tak mungkin saya membiarkan keluarga ini dengan perut kosong naik truk pulang ke Sukabumi sementara saya tidur dengan perut kekenyangan. Singkat cerita saya ajak keluarga Bapak itu ke tempat saya, lalu saya hidangkan makanan yang saya miliki agar dia bisa makan, saya berikan obat-obatan ringan dan bekal biskuit serta mie instan. Selanjutnya saya antar dia naik angkot ke Merak dan tak lupa dititipi uang untuk beli tiket bis lebih dari cukup.

Anehnya, sekembali saya ngantar keluarga Bapak itu, rekan kerja saya yang sejak awal menemani saya berkata, kamu sebaiknya hati-hati nemuin orang seperti itu, jangan terlalu baik, siapa tahu dia itu seorang penipu, pura-pura gak punya uang dan memanfaatkan anak kecil untuk menarik iba orang lain. Saya jawab dengan mantap, kalau pun dia itu menipu saya, saya ikhlas... uang atau barang yang saya kasihkan tidak seberapa, lebih baik ditipu daripada harus membiarkan orang kelaparan di depan saya tanpa berbuat apapun... kita kembalikan saja kepada Alloh Swt. Saya tidak menyalahkan sikap kawan saya yang acuh tak acuh terhadap penderitaan orang, tapi kebanayakan para penipu masuk lewat cara seperti itu.

Terakhir, saya ingin mengucapkan terimakasih buat doa Bapak sekeluarga yang mungkin selama perjalanan pulang ke Sukabumi mendoakan kebaikan untuk saya. Sekarang saya dan anak istri tinggal di Jepang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah sampai Doktor. Smoga Bapak sekeluarga samapai Sukabumi dengan selamat...Pesan saya buat semua orang... selalu berbuat baik... karena Alloh Maha Kaya, Dia akan memberikan kebaikan dari arah yang tidak kita duga.

Subhanalloh wabihamdihi.

Sumber :millist & friend

[+/-] Selengkapnya...

NICE STORY

Beberapa tahun yang silam,seorang pemuda terpelajar dari semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Is Pemuda menyapa, Dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

" Ibu, Ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya is Pemuda.

"Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.

" Wouw..... Hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut Dan terdiam sejenak.pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

" Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua Ya bu?? Bagaimana dengan kakak-adik adik nya??"

Oh ya tentu " is Ibu bercerita :

"Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.""

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.

" terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"

Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, " anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak". Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar "

Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... Kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi Dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??

Dengan tersenyum ibu itu menjawab, " Ooo ...tidak tidak begitu nak.... Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"

Sumber :millist & friend

[+/-] Selengkapnya...